ANJURAN
MENCARI REZEKI
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata kuliah Tafsir Ayat Ekonomi Jurusan
Muamalah Ekonomi Perbankan Islam
Oleh
kelompok 3 :
1.
Agus Nurrohman Sidiq
2.
Mawar Jannati al Fasiri
3.
Zaki yatunnisa K
KEMENTERIAN AGAMA
REPUBLIK INDONESIAINSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBONOktober 2012 KATA PENGANTAR Pertama-tama
penulis ingin mengucapkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas
kehendaknya makalah ini dapat terselesaikan pada waktunya . Makalah yang
berjudul “ANJURAN MENCARI REZEKI ” diselesaikan dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Tafsir Ayat Ekonomi.Penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis
dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat. Penulis mengakui
bahwa manusia mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal . Dalam pembuatan makalah
ini penulis banyak kekurangan, oleh karena itu tidak ada hal yang dapat
diselesaikan dengan sangat sempurna untuk itu penulis memohon agar guru
pembimbing materi dan pembaca dapat memakluminya. Penulis memgharapkan kritik dan saran dari hasil
makalah ini. Demikian makalah ini penulis buat, penulis ucapkan terima kasih. Cirebon,
Oktober 2012 Penulis
Ø AJURAN
MENCARI REZEKI
A.
AL QOSOS AYAT 77
:
وَابْتَغِ
فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ
الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَاأَحْسَنَ
اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا
يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ“Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu [kebahagiaan] negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari [keni’matan] duniawi dan
berbuat baiklah [kepada orang lain] sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di [muka] bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan .
Tafsir Surah Al Qashash 77 وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا
تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ
وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
(77) Pada ayat ini Allah SWT menerangkan empat macam
nasihat dan petunjuk yang ditujukan kepada Karun oleh kaumnya. Barangsiapa
mengamalkan nasihat dan petunjuk itu akan memperoleh kesejahteraan di dunia dan
di akhirat kelak. 1. Orang yang dianugerahi oleh Allah SWT
kekayaan yang berlimpah-limpah, perbendaharaan harta yang bertumpuk-tumpuk
serta nikmat yang banyak, hendaklah ia memanfaatkan di jalan Allah, patuh dan
taat pada perintah-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya untuk memperoleh pahala
sebanyak-banyaknya di dunia dan di akhirat. Sabda Nabi saw: اغتنم خمسا قبل خمس شبابك قبل هرمك وصحتك قبل سقمك وغناك قبل
فقرك وفراغك قبل شغلك وحياتك قبل م\وتك. Artinya: Manfaatkan yang lima sebelum datang (lawannya)
yang lima; mudamu sebelum tuanmu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum
miskinmu, waktu senggangmu sebelum kesibukanmu dan hidupmu sebelum matimu.
(H.R. Baihaki dari Ibnu Abbas) 2. Janganlah seseorang itu meninggalkan sama
sekali kesenangan dunia baik berupa makanan, minuman dan pakaian serta
kesenangan-kesenangan yang lain sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran yang
telah digariskan oleh Allah SWT, karena baik untuk Tuhan, untuk diri sendiri
maupun keluarga, semuanya itu mempunyai hak atas seseorang yang harus
dilaksanakan. Sabda Nabi Muhammad saw: اعمل لدنياك كأنك تعيش أبدا واعمل لآخرتك كأنك تموت غدا Artinya: Kerjakanlah (urusan) duniamu seakan-akan kamu
akan hidup selama-lamanya. Dan laksanakanlah amalan akhiratmu seakan-akan kamu
akan mati besok. (H.R. Ibnu Asakir) 3. Seseorang harus berbuat baik sebagaimana
Allah SWT berbuat baik kepadanya, membantu orang-orang yang berkeperluan,
pembangunan mesjid. madrasah, pembinaan rumah yatim piatu di panti asuhan dengan
harta yang dianugerahkan Allah kepadanya dan dengan kewibawaan yang ada
padanya, memberikan senyuman yang ramah tamah di dalam perjumpaannya dan lain
sebagainya. 4. Janganlah seseorang itu berbuat kerusakan di
atas bumi, berbuat jahat kepada sesama makhluk Allah, karena Allah SWT tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Allah SWT tidak akan menghormati
mereka, bahkan Allah tidak akan memberikan rida dan rahmat-Nya.TAFSIR NYA : Dan
hendaklah engkau gunakan kekayaan yang Allah berikan kepadamu itu untuk
beribadah kepada Tuhanmu dan berbuat baik kepada sesama manusia dengan jalan
menafkahkan sebagian dari harta kekayaanmu untuk menolong mereka yang
membutuhkan pertolonganmu dan disamping itu janganlah engkau melupakan bagianmu
dari kenikmatan duniawi yang diperkenakan oleh allah berupa makanan , minuman ,
pakaian , perkawinan dan perumahan , asalkan saja jangan sampai melampaui batas
dan janganlah engkau dengan kekayaanmu itu berbuat kerusakan dan berlaku
sewenang – wenang diatas bumi allah ini , karena Allah sekali – kali tidak
menyukai orang orang yang berbuat kerusakan.MUFRADAT :ابْتَغ = carilah
فِيمَا = pada apa
آتَاكَ اللَّهُ = yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu
الدَّارَ الْآخِرَةَ= negeri akhirat
لَا تَنْسَ = janganlah kamu melupakan
نَصِيبَكَ = kebahagiaanmu
أَحْسِنْ = berbuat baiklah
كَمَا = sebagimana
أَحْسَنَ اللَّهُ= allah telah berbuat baik
تَبْغِ الْفَسَادَ = berbuat kerusakan
إِنَّ اللَّهَ = sesungguhnya allah
الْمُفْسِدِينَ = berbuat kerusakan
A. Al aqhaf ayat 35 : اصْبِرْ كَمَا صَبَرَ
أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ ۚ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ
يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ ۚ بَلَاغٌ ۚ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَArtinya : Maka bersabarlah kamu
seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah
bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari
mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak
tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran
yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.اصْبِرْ = maka bersabarlah ( muhammad )
كَمَ =
sebagaimana
صَبَرَ= telah
bersabar
أُولُو= orang orang yang mempunyai
الْعَزْمِ= keteguhan hati / kesabaran
مِنَ= dari
الرُّسُلِ= para rasul ( sebelum engkau )
وَلَا= dan jangan
تَسْتَعْجِلْ= engkau minta segerakanlah ( datang azab )
لَهُمْ ۚ = bagi mereka
كَأَنَّهُمْ = seakan – akan mereka
يَوْمَ= pada hari
يَرَوْنَ= mereka melihat
مَا= apa ( azab ) yang
يُوعَدُونَ= dijanjikan ( kepada ) mereka
لَمْ = tidak
يَلْبَثُوا = mereka ( tinggal didunia )
إِلَّا سَاعَةً= kecuali sesaat
مِنْ= dari
نَهَارٍ ۚ= siang hari
بَلَاغ= ( al quran ini adalah ) penjelasan ( dari Allah )
فَهَلْ = maka tidak
يُهْلَكُ = dibinasakan (
ketika melihat siksaan )
إِلَّا = kecuali
الْقَوْمُ=
kaum
الْفَاسِقُونَ=
orang – orang kafir / fasik
Tafsir
Ulul Azmi Surat al-Ahqaf ayat 35 Dr.H.AHmad
Hasan Ridwan,M.Ag.Ayat
ini menjelaskan tentang ketetapan Allah pada tiga perkara: 1. Tauhid, 2.
Kenabian dan pembalasan. Kemudian Allah SWT. Menjelaskan tentang perilaku
orang-orang kafir yang selalu menyakiti dan melukai hati nabi.Ulul
Azmi dimaknai sebagai sosok nabi yang memiliki kesungguhan (ulu al-jad, أولوا الجد), kesabaran (ulu ash-Shabr, والصبر) dan keteguhan (ulu ats-Tsabat, والثبات). (Az-Zamakhsyari: Al-Kasysyaf, 6:312).
Para
ulama berbeda pendapat tentang kategori ulul azmi untuk para nabi, sehingga
terdapat dua dua pandangan:Pertama,
ulu al-‘Azmi adalah sebagian dari nabi, karena makna kata (min) adalah
untuk sebagian (li at-Tab’id, للتبعيض), sehingga maksudnya adalah sebagian dari nabi-nabi. Sebagian
para nabi itu adalah : nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan nabi Muhammad.
Kedua,
bahwa seluruh rasul adalah ulu al-‘Azmi, berdasarkan argumentasi, bahwa
kata min (libayan al-jinsi, لبيان الجنس) bahwa Allah SWT. Tidak mengutus Rasul kecuali mereka adalah
sosok yang memiliki karakter kesungguhan, sabar dan keteguhan. Kata min
al-Rasul tidak menunjukkan sebagian (tab’id). (Ibnu Katsir: 7:305).
Menurut al-Kilabi (tafsir al-Baghawi), Abu Zaid dan yang lainnya bahwa seluruh
nabi adalah uluil azmi sebagai Q.S. Al-An’am ayat 90: “Mereka Itulah
orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk
mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan
(Al-Quran)." Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh
ummat”.
Dari
dua pandangan di atas, maka pandangan pertama memiliki argumentasi yang lebih
kuat, dengan argumentasi bahwa ayat di atas di takhsis oleh dua ayat berikut
ini, yaitu: pendapat Ibnu Abbas dan Qatadah bahwa ulul azmi adalah terdiri dari
lima nabi, berdasarkan Q.S. Al-Ahzab: 7 :“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil
Perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan
Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian yang teguh”.
Dan Q.S. Asy-syura: 13 : “Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa
yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu
dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu:
Tegakkanlah agama[1340] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat
berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah
menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada
(agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)”.Ayat
ini juga menggambarkan kisah otentik para nabi yang mengemban amanat dari Allah
SWT. dari perspketif ilmu qashash al-Qur’an/ atau ilmu stilistika, ahwa seluruh
Unsur-unsur kisah pada umumnya ada tiga. Pertama, tokoh (ashkhas).
kedua, peristiwa (ahâdith).
Ketiga, dialog (hiwar). Ketiga unsur ini terdapat pada hampir
seluruh kisah al-Qur'ân seperti
kisah nabi Ibrahim, dengan pemaparan kisah Al-Qur'ân pada umumnya pendek
bukan kisah yang panjang.Kisah
dalam Al-Qur'ân selalu diliputi oleh iklim keruhanian, yang dirasakan pada
sikap dan ucapan tokoh-tokoh yang ditampilkannya. Jika kita menemukan
kehangatan ruhaniah pada kalimat-kalimat dan lukisan perasaan para nabi, sehingga terasa ekpresif ketika
para nabi mengungkapkan perasaan dan pendapatnya baik kepada umatnya, istrinya
maupun kepada anaknya. Ciri ini secara khusus sangat menonjol pada cara
mengungkapkan dan menampilkan sikap sabar dengan keputusan nabi ketika
berhadapan dengan berbagai ujian, cobaan dan fitnah dari kaumnya. Para
nabi berbicara dengan bahasa ruhani, baik terhadap kaumnya yang
mengikutinya, maupun terhadap kaumnya yang membangkang. Dia berbicara sebagai nabi yang melaksanakan misinya mengajak
kepada tauhid. Dimensi ruhaniah dan misi terbingkai dalam kerangka tauhidnya,
sebagaimana tergambar pada karakter dan sikap dalam perjalanan sejarahnya yang
tertumpu pada sikap sabar yang melahirkan sikap-sikap (akhlak mahmudah)
lainnya, yaitu : Ketaatan pada perintah
Allah, Kesalehan, tawakkal dan lainnya. Ibnul Qayyim dalam kitab beliau Madarijus
Salikin (2/156) berkata: “Sabar ada tiga macam yaitu sabar dalam
ketaatan kepada Allah, sabar dalam menahan diri dari bermaksiat kepada Allah
dan sabar dalam menghadapi ujian.” Selanjutnyab dalam kitab Madarijus
Salikin (2/155) mengatakan: “Sabar dalam keimanan bagaikan kepala pada
jasad; dan tidak ada keimanan tanpa sabar sebagaimana jasad tidak akan berfungsi
tanpa kepala.” Al Imam Al Qurthubi dalam tafsir al-Qurthubi. Ia
menukilkan ucapan Sahl bin Abdillah At Tasturi: “Sabar ada dua macam yaitu
sabar dari bermaksiat kepada Allah maka ini adalah seorang mujahid; dan sabar
dalam ketaatan kepada Allah ini yang dinamakan ahli ibadah.Dalam
al-Qur’an kata-kata sabar dijelaskan dalam 70 ayat. Banyaknya ayat yang
mengungkap kesabaran para nabi sehingga sikap sabar dianggap sebagai mahkota
dari sifat-sifat terpuji (akhlak mahmudah)Az-Zurjani dalam kitab at-Ta’rifat, menjelaskan bahwa sabar
itu tidak berkeluh kesah ketika berhadapan dengan beratnya dan menyakitkannya
cobaan (adam asy-l syakwa min alam al-balwa). Dengan demikian,
sabar berarti menahan diri atas perkara-perkara yang tidak disukai, demi
mencari keredhaan Allah. Dalam keadaan apapun yang dihadapi oleh para nabi,
maka tetap bertahan melakukannya demi keridhaan Allah.
Tingginya
nilai sabar telah menjadi hiasan para Nabi untuk menghadapi berbagai
tantangan dakwah yang menghadang. Berhias diri dengan sabar hanyalah akan
membuahkan kebaikan.
B.
Surah Nuh 19 -
20
وَاللَّهُ جَعَلَ
لَكُمُ الْأَرْضَ بِسَاطًا
(19) لِتَسْلُكُوا مِنْهَا سُبُلًا
فِجَاجًا
(20)Artinya :
“ Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan ( ayat 19). Supaya kamu
menjalani jalan – jalan yang luas di bumi itu “.( ayat 20)C.
An Nisa ayat
100
وَمَنْ
يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ
فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً ۚ وَمَنْ
يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ
وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ
أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًاArtinya :
“ Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi
ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari
rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian
menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap
pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاَةُ فَانْتَشِرُوا فِي اْلأَرْضِ
وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللهِ وَاذْكُرُوا اللهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ#"Maka apabila shalat telah
selesai dikerjakan, bertebaranlah kamu sekalian di muka bumi dan carilah rezeki
karunia Allah". [Al Jumu’ah : 10]Tentang
ayat ini, dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir disebutkan: “Kemudian, Dia menyebutkan
nikmat yang telah Dia anugerahkan kepada makhlukNya dengan menyediakan bumi
bagi mereka dan membentangkannya untuk mereka. Dia membuatnya sebagai tempat
menetap yang tenang, tidak miring dan tidak juga bergoyang, karena Dia telah
menciptakan gunung-gunung padanya. Dan Dia alirkan air di dalamnya dari mata
air. Dia bentangkan jalan-jalan, serta menyediakan pula di dalamnya berbagai
manfaat, tempat bercocok tanam dan buah-buahan. Dia berfirman:هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اْلأَرْضَ ذَلُولاً فَامْشُوا فِي
مَنَاكِبِهَا"(Dia-lah yang menjadikan
bumi itu mudah bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunya)". Maksudnya,
lakukanlah perjalanan ke mana saja yang kalian kehendaki dari seluruh
belahannya, serta bertebaranlah kalian ke segala penjurunya untuk menjalankan
berbagai macam usaha dan perdagangan. Ketahuilah, bahwa usaha kalian tidak akan
macam usaha dan perdagangan. Ketahuilah, bahwa usaha kalian tidak akan
bermanfaat bagi kalian sama sekali, kecuali jika Allah memudahkan untuk kalian.
Oleh karena itu, Dia berfirmanوَكُلُوا مِن رِّزْقِهِ(Makanlah sebagian dari
rezekiNya). Dengan demikian, usaha yang merupakan sarana, sama sekali tidak
bertentangan dengan tawakal.وَإِلَيْهِ
النُّشُورُ(Dan hanya kepadaNya-lah kamu (kembali
setelah) dibangkitkan). Maksudnya ialah, tempat kembali pada hari Kiamat kelak.
[Tafsir Ibnu Katsir, IV/420, Cet. Darus Salam].2-وَعَنْ اَبِى
عَبْدِاللهِ الزُّبَيْرِبنِ العَوَّامِ قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللهِ :لأَنْ يَأْخُذَ
اََحَدُكُمْ اَحْبُلَهُ ثُمَّ يَاْتِى الْجَبَلَ فَيَاْتِىَ بِحُزْمَةٍ مِنْ
حَطَبٍ عَلَى ظَهْرِخِ فَيَبِيْعَهَا فَيَكُفَّ اللهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌلَهُ
مِنْ اَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ اَعْطَوْهُ اَوْ مَنَعُوْهُ.Dari Abi Abdillah (Zubair) bin Awwam
Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya, seorang di
antara kalian membawa tali-talinya dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar
yang diletakkan di punggungnya untuk dijual sehingga ia bisa menutup
kebutuhannya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik
mereka memberi atau tidak”. [HR Bukhari, no. 1471].Penjelasan :1). Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
menganjurkan umatnya supaya berusaha memenuhi hajat hidupnya dengan jalan
apapun menurut kemampuan, asal jalan yang ditempuh itu halal.2). Berusaha dengan bekerja kasar, seperti
mengambil kayu bakar di hutan itu lebih terhormat daripada meminta-minta dan
menggantungkan diri kepada orang lain.3). Begitulah didikan dan arahan Rasul
Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menjadikan umatnya sebagai insan-insan
terhormat dan terpandang, dan bukan umat yang lemah lagi pemalas.4). Tidak halal meminta-minta kepada orang
lain, baik mereka memberi atau tidak.5). Meminta-minta atau mengemis dalam Islam
merupakan perbuatan yang hina dan tercela.6). Usaha dengan jalan yang benar tidak
menafikan tawakkal kepada Allah.7). Seseorang tidak boleh menganggap remeh
jenis usaha apapun, meskipun usaha itu dalam pandangan manusia dinilai hina.Hadist
:1.
sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan kalian berusaha , maka oleh sebab itu
hendaklah kalian berusaha ( H. R. Thabrani )2.
berdosalah seseorang , apabila ia sia –
siakan nafkah orang yang menjadi tanggungannya
(H. R. Nasai )1-عَنْ
عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ:لَوْ اَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ
لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ, تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا.Dari Umar Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Aku
pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Kalau
kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, maka niscaya
Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada
burung; ia pergi pagi hari dalam keadaan perutnya kosong, lalu pulang pada sore
hari dalam keadaan kenyang”. [HR Tirmidzi, no. 2344; Ahmad (I/30); Ibnu Majah,
no. 4164]
وَابْتَغِ
فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَPergunakanlah harta
dan nikmat yang banyak diberikan allah kepadamu ini untuk mentaati tuhanmu dan
mendekatkan diri kepadanya dengan berbagai macam cara pendekatan yang
mengntarkanmu kapada perolehan pahalanya didunia dan akhirat.
3.
Zaki yatunnisa K