STANDAR BAIK DAN BURUK BERDASARKAN AJARAN AKHLAK MORAL DAN ETIKA


Prodi/Semester            : MEPI 1/I
Mata Kuliah                : Akhlak dan Tasawuf
Judul Makalah             : Standar Baik dan Buruk Berdasarkan Ajaran Akhlak
                          Moral dan Etika
Kelompok 3                : 1. Aal Jayalia
                                      2. Darto Ariyanto
                                      3. Ragil Liliyani


STANDAR BAIK DAN BURUK
BERDASARKAN AJARAN AKHLAK MORAL DAN ETIKA

Akhlak  Menurut Imam Al-Ghazali adalah sifat yang melekat diri seseorang yang menjadikannya dengan mudah bertindak tanpa banyak pertimbangkan lagi. Ada pula sebagian ulama mengatakan bahwa akhlak itu adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang dimana sifat itu akan timbul dengan mudah karena sudah menjadi kebiasaan.
اَلْخُلُقُ عَادَةُ اْلإِرَدَةِ
“ Khuluq (akhlak) ialah membiasakan kehendak.”
1.      Baik dan buruk
Pengertian baik menurut ethik adalah sesuatu yang berharga untuk sesuatu tujuan. Sebaliknya, yang tidak berharga tidak berguna untuk tujuan, apabila yang merugikan, atau yang menyebabkan, tidak tercapainya tujuan adalah ”buruk”.
Tujuan dari masing-masing sesuatu,walaupun berbeda-beda,semuanya akan bermuara kepada satu tujuan yang dinamakan baik,semuanya mengharapkan mendapatkan yang baik dan bahagia,tujuan yang akhir yang sama ini dalam ilmu ethik ”kebaikan tertinggi”, yang dengan istilah latinnya di sebut Summum Bonum atau bahasa arabnya Al-khair al-Kully.
Kebaikan tertinggi ini bisa juga di sebut kebahagiaan yang universal atau Universal Happiness.
Allah Berfirman :
وَلِكُلِّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّهَا . فَاسْتَبِقُوا اْلخَيْرَاتِ ( البقرة : ١٤٨)
”dan setiap sesuatu (niat) mempunyai tujuan yang ingin di capainya,maka berlomba-lombalah kalian ( membuat ) kebaikan”
2.      Benar dan Salah
Pengertian benar, menurut etika (ilmu akhlak) ialah hal-hal yang sesuai/cocok dengan peraturan-peraturan. Sebaliknya pengertian salah menurut etika ialah hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
Kebenaran yang objektif, yang merupakan kebenaran yang pasti dan satu itu adalah kebenaran yang didasarkan kepada peraturan yang dibuat oleh yang Maha satu, Maha mengetahui akan segala sesuatu yang Maha benar. Karena itu, satu-satunya kebenaran yang objektif adalah kebenaran yang dibuat oleh yang Maha satu yang Maha benar itu. Dan peraturan yang dibuat manusia yang bersifat relatif itu adalah benar apabila tidak bertentangan dengan peraturan yang obyektif yang dibuat oleh yang maha satu yang maha benar. Yakni peraturan yang tidak bertentangan dengan wahyu, karena kebenaran mutlaq adalah kebenaran dari yang maha benar.
Allah SWT. Berfirman :
اَلْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ تَكُوْنَنَّ مِنَ اْلمُمْتَرِيْنَ ( البقرة : ١٤٧)
“kebenaran adalah dari tuhanmu dan janganlah kalian termasuk orang yang ragu-ragu”.
Di dalam akhlak islamiyah,untuk mencapai tujuan baik harus dengan jalan yang baik dan benar. Sebab ada garis yang jelas antara yang boleh dan tidak boleh; ada garis damarkasi anatar yang boleh di lampaui dan yang tidak boleh di lampaui, garis pemisah antara yang halal dan yang haram. Semua orang muslim harus melalui jalan yang di bolehkan dan tidak boleh melalui jalan yang dilarang. Bahkan antara yang hala dan yang haram tidak jelas, disebut Syubhat,orang muslim harus berhati-hati, jangan sampai jatuh di daerah yang Syubhat, sebab di khawatirkan akan jatuh di daerah yang haram.
Sebagaimana sabda Rasullullah SAW :
اِنَّ اْلحَلاَلَ بَيِّنٌ , وَاِنَّ اْلحَرَامَ بَيِّنٌ , وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لاَيَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ , فَمَنِ اتَّقَي الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ , وَمَنْ وَقَعَ الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فيِ اْلحَرَامِ . كَالرَّاعِي يَرْعَي حَوْلَ اْلحِمَى يُوْشِكُ اَنْ يَقَعَ فِيْهِ , اَلاَ وَاِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى , اَلاَ وَاِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ اَلاَ وَاِنَّ فيِ اْلجَسَدِ مُضْغَةً , اِذاَ صَلُحَتْ صَلُحَ اْلجَسَدُ كُلُّهُ , وَاِذاَ فَسَدَتْ فَسَدَ اْلجَسَدُ كُلُّهُ اَلاَ وَهِيَ اْلقَلْبُ ( متفق عليه )
”sesungguhnya halal itu jelas dan sesungguhnya haram itu jelas. Dan diantara keduanya ada beberapa Syubhat yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia oleh karena itu barang siapa menjauhi Syubhat (keadaan tidak jelas, sesunnguhnya (berarti) ia telah membersihkan agamanya dan kehormatan dirinya.; dan barang siapa yang termasuk di dalam syubhat akan termasuk kedalam, sebagaimana gembala yang mengembala di keliling batas, hampir ia akan jatuh ke dalamnya. Ketahuilah, bahwa tiap-tiap milik da batasnya; dan ketahuilah, bahwa batas-batas allah ialah larangan-larangan-Nya.
Dan ketahuilah, bahwasanya di tubuh itu ada sekepal daging, yang apabila dia bersih, bersihlah tubuh semuanya; dan apabila dia rusak rusaklah tubuh semuanya; dan ketahuilah, dia ialah ”hati”.
Jadi, menurut akhlak islam, perbuatan itu disamping baik juga harus benar, yang benar juga harus baik. Sebab dalam ethik yang benar belum tentu baik, dan yang baik belum tentu benar.

3.      Adanya kebaikan
Banyak orang yang mengira bahwa orang yang mebgetahui tentang baik itu otomatis menjadi baik; orang yang mengetahui ilmu akhlak menjadi orang yang berakhlak mulia; seperti halnya orang yang mengetahui ilmu agama, pandai dalam ilmu agama menjadi orang yang beragama dengan baik. Belum tentu orang  pandai tentu dalam ilmu agama itu menjalankan agama secara baik, seperti halnya orang yang tahu akan ilmu akhlak belum tentu menjadi orang yang berakhlak mulia.
Letaknya kebaikan itu pada dua hal :
Pertama           : pada adanya kemauan, will, iradah atau niat; dan
Kedua             : pada praktek, action atau amaliah.

Kemauan menjadi modal utama untuk berakhlak. Seseorang yang tahu akan baik, mengetahui baiknya sesuatu, mengetahui betapa baiknya jujur, adil, dermawan, ramah, sopan, rendah hati, dll. Tapi apabila dia tidak mau melakukan berbuat jujur, tidak mau berbuat adil, tidak mau dernawan, tidak mau ramah, tidak mau berbuat sopan, dan sebagainya, maka dia tidak menjadi orang yang baik tersebut. 
Kalau kita ingin akan menjadi baik, kita harus menjalankan kebaikan itu. Kalau kita ingin menjadi orang beragama kita harus melaksanakan ketentuan-ketentuan agama. Dan kebaikan ini akan menjadi akhlaknya apabila perbuatan baik itu dibiasakannya. Tidak cukup untuk disebut beakhlak baik apabila nelakukan kebaikan itu tidak menjadi kebiasaannnya. Umpamanya sholat hanya sesekali atau puasanya sering ditinggalkan dan zakatnya tidak diberikan dan lain sebagainya.

4.      Macam Perbuatan Baik Menurut Ethika
Yang baik pada garis besarnya ada dua macam : yaitu baik dan terbaik. Diluar daripada itu adalah tidak baik, ahli yunani kuno, menurut plato. Ujung tengah antara ujung yang baik itu adalah yang benar ditengah sebelum ujung awal adalah kurang dans esudah ujung akhir, awal dan ujung akhir adalah terlalu.
Seperti ahli filsafat didalam akhlak islamiyah sama dengan pendapat ahli : sabda Rasulullah SAW.
خَيْرُ اْلأُمُوْرِ اَوْسَطُهَا
“ sebaik-baiknya perkara adalah pertengahannya “
Yang penting didalam hal pertengahan itu adalah yang muwadamah, kontinyu dan istiqomah.

5.   Gambaran Akhlak Rasulullah SAW.
      Rasulullah Saw adalah orang yang banyak berdoa dan selalu merendahkan diri. Beliau selalu memohon kepada Allah Swt supaya dihiasi dengan etika yang baik dan akhlak terpuji. Dalam doanya, beliau selalu membaca :
الله حَسِّنْ خَلْقِي وَخُلُقِي
“ Ya Allah, perindahlah rupa dan akhlakku.”
      Sa’id bin Hisyam bercerita : aku masuk menemui Aisyah ra, dan bertanya kepadanya tentang akhlak Rasulullah Saw. Aisyah menjawab dengan pertanyaan, ”Apakah engkau membaca Al-Qur’an?” Akupun menjawab, ”Ya.” Aisyah berkata, ” Akhlak Rasulullah Saw adalah al-Qur’an.”
      Rasulullah Saw bersabda , ”Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

6.   Standar Baik dan Buruk Berdasarkan Sifat yang ada pada Jiwa Manusia
Ada beberapa sifat manusia yang mendorong manusia pada perbuatan dosa, diantaranya yaitu :

1.      Sifat Ketuhanan (Rububiyah)
Diantara sifat ketuhanan yang ada pada diri manusia yaiut sifat takabbur, yang menganggap dirinya merasa lebih besar dan yang lain di anggap kecil dan bahkan menganggap lebih rendah lagi, merasa dirinya hebat karena merasa dirinya lebih bisa dan yang lain dianggap bodoh. Terkadang didalam diri manusia terdapat sifat ingin dipuji, semua gerak dan pekerjaannya ingin dilihat orang lain dengan tujuan ingin mendapatkan pujian dari orang lain. Disamping itu juga ada sifat ketuhanan yang bleh ditiru manusia seperti sifat Allah SWT. Yang maha pengasih dan Penyayang serta penuh pengampunan dan lain sebagainya.
2.      Sifat Syetan (Syaithoniyah)
Apabila sifat-sifat syetan berpindah pada manusia, maka manusia itu akan melakukan perbuatan dosa selamanya, diantara sifat yang disenangi syetan yaitu hasud, berbuat curang, dan menipu. Orang yang dipenuhi sifat seperti akan selalu berbuat dosa dan mengajak pada kemungkaran, hatinya tidak ingin melakukan suatu kebaikan.

3.      Sifat Hewan (Bahimiyah)
Penyebab selanjutnya yang membuat manusia berani melakukan perbuatan dosa, karena terdapat sifat hewan didalam dirinya seperti toma atau rakus, nafsu syahwat yang tidak bisa dikendalikan, mengambil hak orang lain tidak menghiraukan halal dan haramnya, yang penting kebutuhannya terpenuhi.
4.      Sifat Hewan Buas (Sabu’iyah)
Lebih berbahaya lagi bila manusia mempunyai sifat hewan buas, sebab sifat seperti ini berani membunuh segalanya, perkerjaannya hanya marah dan keinginannya mencelakakan orang lain.
      Dari keempat sifat diatas menjelaskan bahwa bentuk perbuatan dosa yang dilakukan manusia, ada yang menjadi dosa besar ada juga yang menjadi dosa kecil. Tapi kalu dilihat secara garis besar macam-macam dosa di bagi menjadi 2 bagian yaitu dosa antara manusia dan tuhannya dan ada dosa antara manusia dengan manusia. Adapun yang termasuk dosa antara manusia dan tuhannya diantaranya yaitu meninggalkan shalat,meninggalkan puasa,dan tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban untuk diri sendiri. Sedangkan dosa yang berhubungan antara manusia dengan manusia lagi diantaranya tidak mengeluarkan zakat,membunuh,merampas harta orang lain,merusak kehormatan nama orang lain,dan semua pelanggaran yang termasuk hak-hak umum atau yang menyangkut harta,jiwa,agama dan lain sebagainya.
      Kalau dilihat dari besar dan kecilnya dosa dibagi menjadi dua, yaitu dosa besar yang diistilahkan dengan kabaair, dan dosa kecil yang disebut sayyiaat. Mengikuti keterangan Imam Al-Gazali dosa besar itu jumlahnya ada 17 macam sedangkan dosa kecil sangat banyak sekali. Dari ke 17 dosa besar itu di bagi menurut tempat  atau bagian tubuh kita yang melakukannya.
1.       Empat (4) macam dosa yang ada di dalam hati manusia yaitu : musyrik,melakukan ma’siat selamanya,putus asa dari jalan untuk mendapat rahmat Allah SWT,dan merasa aman dari ancaman dan siksa gusti Allah SWT.
2.       Empat (4) macam dosa ada pada lisan yaitu : menjadi saksi palsu atau berbohong,memfitnah,menjadi tukang sihir dan sumpah palsu.
3.       Tiga (3) macam dosa ada pada perut yaitu : meminum minuman keras yang bisa merusak akal manusia, memakan uang haram, dan memakan harta anak yatim.
4.       Dua (2) macam dosa ada pada kemaluan (farji) yaitu : melakukan zina, dan liwath (homoseksual atau lesbian)
5.       Dua (2) macam dosa ada pada tangan seperti : membunuh dan mencuri
6.       Satu macam dosa ada pada kaki, yaitu : lari atau kabur dari peperangan
7.       Satu macam dosa ada pada seluruh anggota badan, yaitu : durhaka kepada kedua orang tua.

7.   Standar baik dan buruk berdasarkan ajaran akhlak, moral,dan etika
Ada ada beberapa aliran untuk menentukan standar baik dan buruknya sesuatu itu, diantarnya :
  1. Aliran Idealisme
Aliran ini memandang bahwa kebenaran yang hakiki tidak dapat dilihat melalui panca indra semata, karena semua sesuatu yang tampak melalui panca indra hanya merupakan kepalsuan belaka dan bukan sesuatu yang sebenarnya. Jadi kesimpulan dari aliran ini, bahwa  untuk mengetahui sesuatu itu baik atau buruk maka dapat diukur dengan cita.
  1. Aliran Naturalisme
Aliran ini memandang bahwa untuk menilai sesuatu yang baik dan buruk itu dapat dipengaruhi oleh pembawaan manusia sejak lahir kedunia. Dengan kata lain manusia sejak anak-anak dapat menilai sesutau itu baik ataupun buruk, akan tetapi dia belum bisa menganalisis mengapa sesuatu itu baik ataupun buruk. Untuk bisa menganalisis sesuatu itu baik dan buruk diperlukan pengalaman hidup yang lama, karena semakin lama pengalaman hidupnya maka semakin matang pemahamannya terhadap sesuatu yang baik dan buruk. Dengan ini dapat ditegaskan bahwa menilai sesuatu itu ditentukan oleh kebutuhan  dan kondisi wilayah yang ditempati oleh manusia.
  1. Aliran Hedonisme
Hedonisme merupakan aliran filsafat tua yang berakar dai pemikiran filsafat Yunani. Menurut aliran ini sesuatu yang dikategorikan baik itu adalah sesuatu yang bisa mendatangkan kenikmatan nafsu biologis. Sedangkan sesuatu yang buruk itu adalah sesuatu yang tidak memberikan kenikmatan nafsu biologis. Sehingga aliran ini menitikberatkan bahwa kebahagian itu terletak pada kepuasan biologis dan hal itu merupakan tujuan hidup bagi mereka yang beraliran hedonisme.

  1. Aliran Teologi Islam
Dalam teologi islam banyak beberapa aliran yang berkembang diantaranya
a.      Aliran Jabariyah
Aliran ini disebut Jabariyah dikarenakan sifatnya memaksa, sehingga kaum ini berpendapat bahwa manusia sama sekali tidak memiliki kebebasan dan kekuasaan dalam menentukan keinginannya, kecuali bila Allah yang menghendakinya. Dengan kata lain manusia hanya dikendalikan oleh Allah dan Allahlah yang telah menciptakan sifat manusia. Dan untuk menilai sesuatu itu baik ataupun buruk, aliran ini mengatakan bahwa hanya agamalah yang bisa menentukan baik dan buruknya.
b.      Aliran Qadariyah
Aliran ini merupakan pertentangan dari aliran Jabariyah yang mana menurut aliran ini manusia memiliki kebebasan dan kekuasaaan dalam menentukan keinginaannya. Meskipun pada dasarnya Allah atas manusia manusia diberikan kebebasan untuk menentukan pilihannya sendiri. Dan aliran ini juga mengatakan bahwa penilain terhadap baik dan buruknya sesuatu itu bukan hanya ditentukan oleh agama melainkan ditentukan juga oleh manusia itu sendiri.

c.       Aliran Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah mengatakan bahwa akal  manusia tidak dilarang untuk berfikir sebebas-bebasnya termasuk memikirkan tentang persoalan agama. Karena itu dalam menentukan setiap nash (dalil), aliaran Mu’tazilah selalu menentukan nash (dalil) yang akan dijadikan dasar pemikirannya. Dan untuk menentukan baik dan buruknya sesuatu, aliran Mu’tazilah selalu berorientasi pada akalnya dan kemudian mencari nash (dalil) yang mendukungnya. Sehingga aliran ini sering juga disebut sebagai aliran Rasionalisme.
d.      Aliran Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah
Adanya aliran Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah merupakan reaksi dari aliran Mu’tazilah yang menganggap bahwa dalam memecahkan persoalan hanya dengan filosofisnya saja dan tidak dibandingkan dengan teologi sebelumnya (sunnah Nabi). Maka lain halnya dengan aliran Mu;tazilah, aliran Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah banyak menggunakan sunnah Nabi dalam menentukan sesuatu itu baik atupun salah dan lebih mendahulukan nash (dalil) baru kemudian akal yang menjelaskannya. Dan aliran Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah juga menambahkan bahwa untuk menentukan sesuatu itu benar dan buruk itu sudah ditentukan oleh Al-Qur’an dan Al-Hadist.
  1. Aliran Tasawuf
Menurut aliran Tasawuf nilai baik dan buruk sesuatu itu bisa dilihat dari perasaan bahagia. Bahagia disini bisa dikategorikan sebagai perasaan yang spirititual.  Maka tidak heran dalam aliran Tasawuf sangat popular istilah zuhud, yaitu suatu sikap yang menunggalkan kesenangan dunia yang bersifat materil.

DAFTAR PUSTAKA

a.       Ahmad Solihin, Khutbah Jum’at Petingan Jilid I, Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2000
b.      Fudhoilurrahman dan Aida Humaira, Ringkasan Ihya ’Ulumuddin, Terjemahan, Jakarta, Sahara publishers, 2009
c.       Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami (akhlak mulia), Jakarta, Pustaka Panjimas, 1992



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS